Perombakan Kurikulum, Penting dan Genting

Meski terus menuai kontroversi, proses uji publik kurikulum yang sedianya diberlakukan pada Juni 2013 mendatang terus berjalan. Setelah dibuka di Jakarta pada 29 November lalu, uji publik berlanjut ke kota besar lain, yaitu Yogyakarta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dinilai sangat penting karena situasi menyangkut generasi muda ini sudah genting. Cara yang efektif untuk mengatasi ini adalah transformasi melalui pendidikan, yaitu salah satunya merevisi kurikulum.

"Ini genting dan penting. Indonesia ini punya bonus demografi usia produktif yang banyak. Kalau tidak diolah, mereka hanya akan menjadi beban pembangunan," kata Nuh saat Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta, Sabtu (1/12/2012).

Untuk itu, ia berupaya melakukan transformasi melalui pendidikan yang salah satunya adalah perubahan kurikulum untuk menjadikan generasi saat ini memiliki kompetensi yang unggul sehingga mampu menjadi modal pembangunan untuk 10 hingga 15 tahun mendatang.

"Saat ini saja, generasi usia sekolah dasar maupun menengah mencapai setengah populasi sendiri. Ini kalau tidak disiapkan dari sekarang akan kesulitan nantinya," ungkap Nuh.

Ia juga menjelaskan bahwa perubahan kurikulum ini bertujuan untuk menelurkan generasi yang cerdas komprehensif. Tidak hanya unggul secara pengetahuan, tetapi generasi ini juga memiliki kepedulian pada sesama, jujur, serta kreatif dan produktif.

"Kurikulum yang nanti dijalankan ini kan mendorong anak untuk berusaha terus ingin tahu dan mencari jawabannya. Dari sini, akan tumbuh generasi yang kreatif dan produktif," ujarnya.

"Ini juga langkah untuk mempersiapkan generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka. Jadi, nantinya secara ekonomi, kondisi Indonesia juga akan meningkat. Nggak apa sekarang masih miskin, yang penting kita ini calon kaya," tandasnya.

Yuk, Intip Kisi-kisi UN 2013!

Di tengah polemik rencana pelaksanaannya tahun depan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  melalui Badan Standar Nasional Pendidikan  atau BSNP akhirnya merilis kisi-kisi soal Ujian Nasional 2013. Perkiraan soal untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah itu mulai disosialisasikan di laman resmi BSNP sejak hari Selasa (20/11/2012).

Dalam laman tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mencantumkan tiga tautan, yaitu tautan surat keputusan (SK) tentang kisi-kisi soal ujian nasional (UN), tautan berisi kisi-kisi soal UN untuk jenjang sekolah dasar, serta satu tautan berisi kisi-kisi soal UN untuk jenjang sekolah menengah pertama dan atas.

SK menyebutkan bahwa khusus kisi-kisi UN ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan soal UN dan memiliki masa berlaku selama tiga tahun.

Sosialisasi kisi-kisi soal UN ini sesuai dengan janji Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud Hari Setiadi, pekan lalu. Sebelumnya, rencana sosialisasi kisi-kisi memang sempat diundur dari bulan Oktober ke bulan November.

Kepada Kompas.com, pekan lalu, Hari mengatakan, para guru dapat segera memanfaatkan kisi-kisi ini sebagai acuan untuk mengajarkan materi yang sesuai kepada siswanya. Selain melalui situs resmi BSNP dan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud, kisi-kisi akan disosialisasikan melalui dinas pendidikan di masing-masing daerah.

Materi yang dimuat dalam kisi-kisi dan akan diujikan dalam UN tahun depan pun tidak jauh berbeda dengan kisi-kisi soal UN 2012. Oleh karena itu, meski soal UN akan dibuat dalam 20 variasi, menurut Hari, guru dan siswa tak perlu khawatir.

Pasukan Kapiten, Film Anti Bullying Rudi Soedjarwo

Baru saja mengeluarkan sebuah film dengan bintang perempuan-perempuan cantik, kali ini Rudi Soedjarwo kembali menelurkan karya. Ia menggarap sebuah film anak-anak dengan tema bullying. Sebenarnya, ide itu sudah mengendap dalam pikirannya sejak bertahun-tahun lalu, saat dirinya menggarap film 'Mengejar Matahari'.
 
"Tapi baru sekarang ketemu jodohnya, ada yang mau buat film dengan misi tertentu," ujar Rudi, saat ditemui di Gandaria City. Ia tak ingin membuat film yang sekadar menghibur tapi juga menyisipkan edukasi.

Didukung kondisi perfilman soal anak-anak yang masih terbilang jarang, Rudi pun langsung menggarap film terbarunya yang berjudul 'Pasukan Kapiten'. Salah satu tujuannya, memberikan gambaran kekerasan baik fisik maupun psikologis dalam kehidupan anak-anak. Ia juga ingin mengajarkan pada anak-anak untuk tidak takut mengadu, serta orang tua agar lebih terbuka pada masalah anak.

Film ini merupakan salah satu cara kampanye anti bullying melalui media. "Ini untuk anak-anak yang bingung cara menghadapi, dan orang tua yang mungkin lupa memberi tahu anaknya," jelasnya.

Yang membuat unik, Rudi menggunakan pemain baru untuk memerankan seluruh karakter dalam filmnya. Penggarap film 'Ada Apa dengan Cinta?' itu tak memungkiri sulitnya mengarahkan karakter para pemain baru, apalagi ia banyak melibatkan anak-anak.

"Hubungannya sama mood dan bagaimana syuting sehat, nggak boleh sampai pagi. Waktu itu juga musim hujan, kadang terik, takut anak-anak itu sakit," ujarnya. Untuk merampungkan film ini ia bersama timnya membutuhkan waktu 15 hari untuk syuting. 

Mengenai kemunculan bintang-bintang baru dalam setiap filmnya, Rudi memiliki alasan sendiri. Ia tak ingin menggunakan artis yang pasaran. Menurutnya, itu berguna untuk memberikan wajah baru agar penonton merasa lebih segar. Ia memang perlu waktu ekstra untuk melatih para pemain baru agar aktingnya sesuai dengan harapan. (eh) (viva.co.id)

Nancy Margried, Matematika untuk Batik

Batik dan matematika menyatu dalam Nancy Margried. Ia tak dididik untuk jadi pengusaha, tetapi rintisan bisnisnya menuai penghargaan hingga ke mancanegara.

Nancy bilang, tak punya kantor. Ia mengelola perusahaannya, Piksel Indonesia, dari rumah. Enak sekali karena sambil kerja, ia sesekali bermain dengan George, kucing kesayangannya. Pagi itu, ia bercelana jins dengan kaus putih. Tampak begitu riang.

Perusahaan yang ia bangun bertiga dengan Muhammad Lukman dan Yun Hariadi pada 2007 itu memang hanya dijalankan dengan tim kerja kecil. Meski begitu, Piksel Indonesia sukses menciptakan perangkat lunak "JBatik" yang kini sudah dimanfaatkan oleh sekitar 700 perajin batik di Indonesia.

Tentu ada kesenjangan yang harus dijembatani untuk membuat perajin mau dan bisa menggunakan perangkat lunak ini. Karenanya, penjualan perangkat lunak yang dibanderol dengan harga Rp 350.000 itu juga harus disertai sosialisasi dan pelatihan.

Jadi, Nancy pun keluar-masuk kampung memberi pelatihan kepada perajin. Tak sedikit di antara mereka semula gagap membedakan klik kanan dan kiri pada mouse, tetapi belakangan asyik dan lincah menggunakan perangkat itu.

Harapan orangtua
Gadis berdarah Batak ini tidak tumbuh dalam lingkungan yang akrab dengan batik. Semasa remaja, Nancy yang besar di Medan, Sumatera Utara, ini juga benci bidang studi matematika. Karenanya, ia memilih ilmu komunikasi di Universitas Padjajaran, Bandung. Ketika itu, yang terpenting buat Nancy adalah kuliah di Bandung. Di matanya, kota itu semarak dengan energi anak-anak muda kreatif.

Putri kedua dari empat bersaudara ini tumbuh dengan membawa harapan orangtua agar suatu saat ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil, karyawan badan usaha milik negara, atau karyawan perusahaan besar. ”Pokoknya hidup terjamin, terarah, dan tidak terlalu adventurous.”

Namun, ketika magang di sebuah perusahaan besar sambil merampungkan studi, Nancy justru menyimpulkan, itu bukan lingkungan kerja yang ia inginkan. ”Saya ingin jadi pengusaha. Waktu itu belum tahu bidangnya apa, enggak tahu juga caranya gimana.”

Tuntutan untuk mandiri begitu merampungkan kuliah memang membuatnya sempat jadi karyawan. Namun, justru dari situ ia belajar tentang pengelolaan usaha.

Batik Fractal
Dengan "JBatik", Piksel Indonesia juga memproduksi dan memasarkan produk kain dan busana siap pakai berlabel Batik Fractal. Bahkan, merambah pula ke produk interior. Di Museum Bursa Efek Indonesia, misalnya, Batik Fractal membuat ornamen interior, bukan dengan diterapkan pada kain, melainkan pada kaca, logam, akrilik, dan neon box.

Pada kain, motif yang didesain dengan "JBatik" dituangkan dengan malam sebagai perintang kain dan canting, sedangkan pada logam misalnya, motif itu dicetak dengan laser. Dalam produksi Batik Fractal, Nancy pun bekerja sama dengan perajin di beberapa daerah.

”Kadang, kalau kerjaan sedang banyak dan waktunya sudah mepet, saya nungguin, nyiapin minum, sampai mijetin pembatiknya juga,” ujarnya dengan tawa berderai.

Mendesain batik dengan perangkat lunak komputer, diakui Nancy, berarti menghapus unsur ritual yang tak jarang ada di balik proses pembuatan motif secara tradisional. Hanya dengan duduk di depan layar komputer, satu motif bunga bisa jadi banyak model dengan mengubah parameter-parameter tertentu. Dalam kancah industri, "JBatik" jadi dimensi lain upaya mengembangkan tradisi.

”Jatah” gagal
Gagasan pengembangan teknologi "JBatik" dan bisnis Batik Fractal semua hanya berawal dari obrolan ringan Nancy dengan dua sahabat yang amat berbeda latar belakang dengannya. Yun, matematikawan, dan Lukman, arsitek yang juga tergila-gila pada matematika.

Celotehan mereka di kafe berlanjut dengan penelitian selama setahun untuk membuktikan bagaimana batik bisa diuraikan dengan rumus matematika fraktal. Penelitian itu membuat Nancy dan dua sahabatnya serius mempelajari batik dan tradisinya di sejumlah daerah.

Modal usaha dikumpulkan Nancy dan dua sahabatnya dengan memenangi sejumlah kompetisi inovasi. Pada 2008, Piksel Indonesia menerima UNESCO Award of Exellence. Pada 2009, mereka membangun perangkat lunak "JBatik" dengan dana hibah inovasi bisnis dari USAID. Masih panjang lagi, daftar prestasi yang didapat oleh temuan teknologi dan konsep bisnis ini.

Meski begitu, Nancy meyakini jadi pengusaha juga harus siap menghadapi siklus jatuh bangun. Karena itu, kepada orangtuanya yang sudah memupus harapan melihatnya jadi pegawai, kata Nancy, ia meminta waktu untuk belajar dari kegagalan. ”Kegagalan itu sesuatu yang esensial dan harus dilalui. Selalu ada jatah gagal buat kita,” ujarnya.

Toh, nada suara Nancy tak berbeban. Gairah dan semangat terus menular ketika mendengarkannya bercerita.

Perubahan Kurikulum 2013: Ujian Nasional Dievaluasi

Implikasi perubahan ujian nasional (UN) pada perubahan kurikulum 2013 disorot. Pemerintah diminta mengevaluasi UN, sebab sistem penilaian pun tidak semata dari tes.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, di Jakarta, Senin (3/12/2012), mengatakan penilaian ditekankan pada dua hal sekaligus yaitu proses dan output.

"Dua-duanya penting. Proses yang sekarang masih lemah kita perkuat lagi dalam evaluasinya," katanya. Pemerintah meyakini pelaksanaan UN sudah mengakomodasi penilaian yang memperhitungkan proses belajar siswa. Sebab, nilai UN hanya salah satu penilaian, ada tambahan penilaian dari sekolah.

"Uji publik kurikulum baru ini untuk menerima masukan yang dapat menyempurnakan kurikulum yang disusun pemerintah. Nanti kami kaji lagi bersama tim ahli untuk memperbaiki hal-hal yang kurang, termasuk dalam evaluasi," kata Nuh.

Pada beberapa uji publik, berbagai pemangku kepentingan pendidikan mendesak pemerinah mengembalikan UN sebagai pemetaan pendidikan. Selama UN masih berfungsi seperti saat ini, yakni penentu kelulusan, perubahan kurikulum 2013 tidak berdampak signifikan dalam perubahan pembelajaran di sekolah.

Merangsang Kecintaan Anak pada Alam Lewat Buku

Meningkatkan minat baca sekaligus memperkenalkan lingkungan hidup akan lebih mudah bila dimulai dengan menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap buku terlebih dahulu. Penanggung Jawab Pekan Buku Dyah Ayu Pitaloka mengatakan, dengan menggelar pameran buku anak-anak, siswa bisa belajar mencintai lingkungan.

Kecintaan pada buku dan lingkungan dikembangkan pula melalui pesta kostum karakter dari buku-buku Indonesia. Anak-anak diajak untuk menggali kekayaan isi buku sambil bermain dengan kostum karakter-karakter yang ada di dalamnya, mulai dari Wiro Sableng, Jaka Tarub, sampai Malin Kundang.

Buku anak yang mengandung pesan moral untuk mencintai lingkungan sekitar dan mengangkat wawasan kekayaan alam, akan memberi masukan yang baik soal penanaman karakter anak.

"Buku bacaan menarik seperti buku cerita anak yang membahas binatang, tanaman dan pemandangan alam, tersirat ada pesan bahwa mereka harus melindunginya, terlibat, dan interaksi dengan bumi. Kegiatan tur edukasi tadi misalnya, membuat anak-anak mau bergerak, membaca buku, menghafal lagu, dan mereka menanam pohon," katanya kepada Kompas.com usai mengikuti kegiatan tur, Kamis (8/11/2012) siang.

Menurut Dyah, pengetahuan yang diperoleh anak dari buku diperdalam melalui rangkaian kegiatan Tur Edukasi Bumiku Lestari. Tur yang digawangi oleh penyanyi Oppie Andaresta ini kaya akan pesan-pesan yang disampaikan melalui lagu, musik dan kegiatan langsung, seperti daur ulang. Anak-anak berkebutuhan khusus di SD Global Mandiri juga dilibatkan untuk bernyanyi.

"Dalam seminggu, mereka sudah hafal lagunya. Selain dari membaca buku Bumiku Lestari dari WWF, mereka juga setiap harinya mendengar Radio Top Primary, radio sekolah ini. Jadi semakin sering membaca dan mendengar, anak-anak bisa melakukan itu," ucapnya.

Para siswa kelas I-VI juga diajak untuk melakukan aksi menanam pohon. Ada 12 pohon yang ditanam pada hari itu oleh para siswa yang mewakili masing-masing kelas. Setelah itu, para siswa kelas IV, V dan VI melakukan kegiatan daur ulang dari kertas koran menjadi paper bag, membuat pigura dari kardus bekas, serta tempat pensil dari botol bekas.

Selanjutnya para siswa juga diajak menonton film tentang hewan yang hampir langka dan butuh dilindungi bersama. Film orangutan dari Kalimantan membuat anak-anak sadar bahwa ada satawa di muka bumi yang harus dilindungi dari ancaman kepunahan.

Bermain Sangat Penting Untuk Perkembangan Anak

Banyak orang tua kurang menyadari bahwa bermain adalah instrumen penting dalam perkembangan anak, baik motorik maupun sensorik. "Terkadang orang tua berpendapat bermain bagi anak hanya di dapatkan dalam pendidikan formal. Padahal bermain dapat dilakukan para orang tua melalui kegiatan sehari-hari yang sederhana serta penuh kegembiraan," kata pemerhati anak Dewi Hughes.

Dewi menjadi pembicara dalam seminar Parenting Creativity for Kids Faber-Castell yang dilaksanakan Sabtu di Jakarta. Dewi mengatakan orang tua akan lebih bijaksana apabila dapat menempatkan diri sebagai teman bermain bagi anak.

"Hal itu akan mendorong anak maupun orang tua sama-sama melakukan explorasi dalam bermain," katanya. Bermain menurut Dewi Hughes dapat membangun sisi komunikasi, motorik, kinestetik, kemampuan analisa dan bahasa seorang anak.

Dia mengingatkan pentingnya pemilihan produk mainan bagi anak. "Orang tua harus dapat memilih produk yang unik yang dapat meningkatkan sisi kreativitas serta bernilai edukatif," kata Dewi yang juga Duta Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal (PAUDNI) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

Sementara itu Product Supervisor Creativity for Kids, Niken D. Mahanani mengatakan bahwa dengan bermain anak akan bebas berekspreasi, bereksplorasi dan berimajinasi serta pada akhirnya dapat membangun kemandirian anak dalam proses tumbuh kembangnya.

Niken D Mahanani menjelaskan bahwa Creativity for Kids Faber-Castell berusia 36 tahun dan didirikan oleh Phyllis Brody & Evelyn Greenwald asal Amerika Serikat. Creativity for Kids dalam perkembangannya telah memperoleh berbagai penghargaan di beberapa negara diantaranya Prestigigios Award dari Parent’s Choice, Corporate Citizenship Award dari Presiden Amerika Bill Clinton (1996) dan Award of Excellence for Best Retailer Customer Service from Learning Express (2004). (sumber: Antara)

Perkenalkan Pendidikan Seks Sejak Dini

"Pendidikan seksual harusnya sudah mulai diperkenalkan orangtua maupun tenaga pendidik sejak dini kepada anak, bahkan bila perlu sudah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Sekolah Dasar," kata ahli psikologi, Irna Minauli.

Hal itu ia katakan di Medan Kamis, saat ditanya mengenai perlu tidaknya pendidikan seks dimasukkan dalam kurikulum SD.

Menurut dia, pentingnya pendidikan seksual masuk dalam kurikulum SD, mengingat perkembangan pubertas anak saat ini sudah mulai dirasakan sejak mereka berusia delapan tahun.

"Kalau dulu, anak-anak mendapatkan pendidikan seksual di sekolah ketika menginjak SMP atau menjelang dewasa lewat mata pelajaran biologi yakni reproduksi," kata ketua Biro Psikologi Pesona ini.

Kondisi ini, katanya, dianggap wajar karena anak-anak dulu mengalami menstruasi saat berusia 15 tahun, namun kalau sekarang anak-anak berusia delapan tahun juga sudah ada yang mengalami menstruasi. Secara fisiologis dan kematangan organ reproduksi, usia kematangan itu semakin dini sehingga meningkatkan sejumlah resiko.

Karena itu, pendidikan seksual sudah bisa diajarkan sejak kelas V dan VI SD agar mereka siap menghadapi perubahan dalam dirinya.

Selama ini, banyak orangtua beranggapan pemberian informasi seksual menimbulkan keingintahuan anak yang tinggi dan mengarah pada eksperimen hal-hal yang belum waktunya mereka lakukan.

"Sebenarnya kekhawatiran itu tidak benar. Karena survei membuktikan pendidikan seks tidak meningkatkan aktivitas seksual," katanya.

"Jadi metode pembelajarannya lebih ke arah yang sifatnya tidak langsung dalam memberikan penjelasan. Sehingga anak akan lebih paham apa yang akan terjadi pada dirinya dan menjadi lebih hati-hati," katanya.

IMI nilai rencana penghapusan IPA tidak tepat

Indonesia Maritime Institute (IMI) menilai rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan menghapuskan mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) bagi siswa SD pada kurikulum pendidikan dasar tidak tepat, karena IPA sangat diperlukan bagi pengembangan SDM siswa.

"Bagi kami mata pelajaran IPA untuk siswa tingkat SD akan memberikan pemahanan dasar tentang alam dan proses pembentukannya, terutama tentang laut bagi Indonesia yang vital karena 75 persen wilayahnyanya laut," kata Dirketur Eksekutif IMI, Y Paonganan kepada pers di Jakarta, Sabtu.

Paonganan menegaskan pendidikan usia dini sangatlah efektif untuk menumbuhkan rasa cinta pada laut dan alam secara umum, dan hal itu akan menjadikan anak Indonesia mengenal alam dan lingkungan dimana mereka hidup.

"Mata pelajaran IPA juga memberikan pemahaman dasar tentang sains dan teknologi sehingga nantinya mereka akan menjadi manusia unggul yang siap ciptakan teknologi untuk kemajuan bangsa Indonesia," katanya.

Oleh karena itu, IMI menolak upaya Kemendikbud yang berencana menghapuskan mata pelajaran IPA pada kurikulum pendidikan dasar karena wacana tersebut bertolak belakang dengan kondisi alam Indonesia, demikian Paonganan.(*)

Empat Masukan Penting Untuk Kurikulum 2013

Pengamat pendidikan yang juga Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), HAR Tilaar menyampaikan empat masukan penting bagi dilaksanakannya kurikulum 2013 diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai ajaran tahun depan, dalam uji publik kurikulum 2013 yang berakhir, Jumat (30/11) lalu.

Empat masukan tersebut yaitu:
Pertama, implementasi kurikulum baru tergantung kualitas guru.
Kedua, komitmen pemerintah daerah turut menentukan sehinggga diperlukan revisi Undang Undang Otonomi Daerah.
Ketiga, penggabungan mata pelajaran seperti IPA-IPS di tingkat SD perlu ditinjau kembali.
Keempat, diperlukan petunjuk pelaksanaan yang jelas dalam implementasi kurikulum 2013.

"Jangan seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sejak diluncurkan tahun 2006 tidak ada petunjuk sehingga gagal," kata Tilaar.

Aktivis guru, Retno Listyarti, sependapat dengan Tilaar. Penggabungan mapel IPA-IPS mesti dicermati. "Saya setuju pendapat Pak Tilaar bahwa pengabungan IPA dan IPS harus dicermati dengan seksama. Lebih tepat justru Bahasa Indonesia yang dimasukan dalam mata pelajaran IPA dan IPS," cetusnya.

Ia memisalkannya dalam konteks memahami bacaan, namun hemat dia hal ini pasti menimbulkan kontra karena tak mungkin menghilangkan mata pelajaran Bahasa Indonesia karena nanti dianggap tidak nasionalis.

"Jadi yang benar seharusnya tidak menghilangkan IPA dan IPS. Kalaupun pemerintah ngotot, maka saya setuju pendapat Darmaningtyas untuk kelas I-III saja IPA-IPS diintegrasi. Kelas IV-VI harus menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri," ujar Retno, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) itu.

Untuk pembelajaran tematis, lanjut guru PPKn SMAN 13 Jakarta ini, para guru cenderung mudah melaksanakan pada level kelas I-III, kalau di kelas IV-VI lebih sulit menerapkan pembelajaran tematik.

Penambahan Jam Belajar Perlu Dievaluasi

Penambahan jam belajar dalam kurikulum baru 2013 perlu dipertimbangkan berbagai konsekuensinya. Penambahan jam belajar di SD dari 26 jam menjadi 30 jam per minggu, sementara di SMP dari 32 jam menjadi 38 jam per minggu.
  Demikian, antara lain, pokok persoalan yang mengemuka dalam pembahasan Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013 di Jakarta, Jumat (30/11). Uji publik dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia pada 29 November-23 Desember dan juga dibuka secara online melalui laman kurikulum2013.kemdikbud.go.id.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada acara pembukaan, Kamis malam, mengatakan, penambahan jam belajar tidak akan bermasalah. Justru jika dibandingkan dengan negara-negara lain, jam belajar di Indonesia relatif lebih singkat. Di negara-negara maju, jam belajar siswa SD mencapai 30-36 jam.
Siskandar, dosen Universitas Negeri Semarang, mengatakan, penambahan jam belajar di SD perlu diperhitungkan implementasinya pada sekolah-sekolah yang masih menerapkan double shift atau kelas pagi dan siang.

”Selain itu, perlu juga dipikirkan bagaimana makan siang anak. Apakah sekolah siap menyediakan,” kata Siskandar.

Darmaningtyas, pemimpin kelompok guru, kepala sekolah, dan pengawas, mengatakan soal kebosanan anak-anak terhadap aktivitas belajar yang semakin panjang perlu diperhatikan. Demikian juga dampaknya pada aktivitas anak seusai sekolah, seperti madrasah sore hari serta kursus atau les untuk pengembangan bakat dan minat yang tak diakomodasi sekolah.
”Ketika jam belajar tambah panjang, yang utamanya apakah guru sudah siap berubah dengan pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif,” ujarnya.

Selain penambahan jam belajar, hal lain yang dikritik adalah integrasi IPA dan IPS pada mata pelajaran lain di tingkat SD.

Nuh mengatakan, Kurikulum 2013 merupakan kurikulum minimal. Untuk itu, sekolah yang siap diperbolehkan mengembangkan kurikulum sendiri.

Pengembangan Kurikulum 2013 ini menuntut kreativitas guru dalam pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran dikembangkan dengan mengamati, menanya, menalar, dan mencoba. (kompas.com)

Perubahan Kurikulum Beri Peluang Pembentukan Karakter

Pengamat pendidikan Prof Dr Wayan Maba memandang dengan adanya perubahan kurikulum pendidikan mulai tahun ajaran 2013/2014 akan memberi peluang dan porsi lebih besar dalam pembentukan karakter siswa.
"Saya melihat kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku sejak 2006 dari strukturnya tidak maksimal untuk mengembangkan sisi afektif dan psikomotorik siswa. Selama ini kurikulum yang ada lebih menekankan kemampuan kognitif siswa," kata akademisi Universitas Mahasaraswati di Denpasar, Jumat (30/11/2012).
Menurut dia, dengan adanya rencana perubahan kurikulum dan mulai Desember 2012 dilakukan uji publik atas kurikulum itu, menjadi langkah tepat pemerintah untuk melakukan pembenahan di bidang pendidikan.
"KTSP selama ini sangat sarat muatan, yang pada akhirnya sampai menyebabkan siswa kekurangan waktu bermain. Padahal dengan bermain merupakan wahana untuk pembentukan karakter, mengembangkan kreativitas, serta menjalin kerja sama," ucapnya.
Baginya perubahan kurikulum yakni melalui perampingan mata pelajaran dapat memberikan porsi waktu yang lebih besar bagi siswa untuk memaksimalkan kemampuan psikomotorik dan afektif.
"Para pemangku kepentingan juga dapat memanfaatkan waktu untuk mengembangkan kemampuan siswa di bidang teknologi informasi (TI), pendidikan karakter, pengembangan kreativitas dan kerja sama," ujarnya.
Maba menambahkan, termasuk perubahan kurikulum dengan penerapan sistem kredit semester (SKS) bagi siswa.
"Artinya peluang untuk siswa yang pintar menamatkan pendidikan lebih cepat. Tidak mesti setiap siswa harus enam tahun di SD, tiga tahun di SMP dan SMA," ucapnya.
Ia menyampaikan pembenahan kurikulum pelajaran itu di 2013 direncanakan Kemendikbud difokuskan untuk siswa kelas IV, VI, VII dan X.
"Khususnya di Bali menjadi pekerjaan rumah untuk dilakukan pembenahan kurikulum muatan lokal karena dengan perampingan jumlah pelajaran, akan makin banyak waktu untuk menanamkan nilai kebaikan dan kearifan lokal," ucap Maba. (kompas.com)

Wapres: IPA-IPS Jangan Dilupakan di SD

Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghilangkan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS) di sekolah dasar rupanya belum mendapat restu penuh dari Wakil Presiden Boediono. Hari ini, di Bandung, Boediono mengungkapkan pentingnya dua pelajaran itu.

"Jangan melupakan mendidik anak-anak kita dengan IPS selain IPA," katanya saat berpidato sambutan di acara Indonesia-Japan Innovation Convention (IJIC) 2012 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Minggu 2 Desember 2012.

Ia menjelaskan, dalam pelajaran IPA, seseorang akan dilatih hard skill. Tapi untuk bersaing di dunia usaha, seseorang juga harus memiliki pengetahuan sosial dengan dasar pendidikan IPS atau soft skill. Keduanya saling melengkapi.  "Yang kita kenal bukan hanya hard skill, tapi lebih dari itu," kata guru besar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada itu.

Untuk mencetak manusia indonesia yang tangguh dari segi hard skill dan soft skill, merupakan tanggung jawab semua yang dimulai dari lingkungan terdekat terutama sekolah. "Wajib hukumnya kita semua menata institusi-institusi agar apa yang kita inginkan, masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bangsa itu ikut diterjemahkan dan dilaksanakan," katanya.

Ia mengingatkan membangun manusia  Indonesia harus dilakukan secara dinamis, di mana semua sudah tertata sesuai berbagai peraturan yang ada. Namun masih banyak perbaikan dibutuhkan di sisi perundang-undangan dan pengawasan pelaksanaan itu sendiri. "Tugas kita semua untuk menata aturan main. Tugas kita untuk mendidik mereka yang akan melaksanakan aturan main dan tugas kita memberi pendidikan yang baik pada anak bangsa," katanya.

Kurikulum 2013 yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengurangi mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Mata pelajaran SD yang sebelumnya ada 10 dipadatkan menjadi 6, sedangkan mata pelajaran SMP yang sebelumnya berjumlah 12 diringkas menjadi 10. Enam mata pelajaran yang diajarkan di SD itu adalah matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Kesenian.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sebelumnya diajarkan di SD, akan diajarkan secara terpadu dengan pelajaran-pelajaran lain, sesuai tema yang sedang dibahas. “Misalnya di IPA ada tema soal air, maka tema air itu bisa jadi muatan di pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan PPKN,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad, kepada VIVAnews, Minggu 2 Desember 2012.

Namun, khusus pengintegrasian pelajaran IPA dan IPS ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh memberikan tiga alternatif dalam uji publik kurikulum pendidikan 2013 yang akan dimulai besok Senin, 3 Desember 2012.

Pertama, nama pelajaran IPA dan IPS sama sekali tidak dimunculkan, hanya muatannya yang muncul di pelajaran-pelajaran lain. Kedua, IPA dan IPS akan dimunculkan sebagai nama pelajaran mulai kelas 4 SD sampai 6 SD. Ketiga, IPA dan IPS hanya akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas 5 dan 6 SD. (umi)
© VIVA.co.id